2. Teknik Pemeliharaan Broiler dan Ayam Jantan Petelur
2.1.1. Persiapan
Kandang dan Peralatan
a.
Persyaratan Kandang Broiler dan Ayam Jantan Petelur
Persyaratan kandang terutama untuk sistem kandang terbuka
(open house) menurut Jayanata et al. (2011), diantaranya :
(1) arah kandang membujur dari utara ke selatan atau
mengarah ke barat dan timur sehingga
sinar matahari tidak masuk secara berlebihan ke dalam kandang,
(2) lebar kandang maksimal 7,5 meter dengan panjang menyesuai
lahan,
(3) tinggi dinding kandang 3,3 meter dan jarak antar kandang
sekitar 10 meter atau minimal selebar kandang.
Selanjutnya menurut Jahja et al. (2000), bahwa untuk didaerah beriklim tropis dengan kandang
sistem terbuka ukuran kandang yang baik yaitu :
(1)
tinggi atap minimal 3 meter,
(2)
lebar
kandang maksimal 7 meter
(3)
bentuk
atap sebaiknya atap monitor dengan ukuran monitor tinggi 20 cm dan lebar 1,25
meter,
(4)
jarak
antar kandang 7 meter,
(5)
tinggi
dinding kandang 30 – 50 cm dari lantai dibuat dari bahan padat dan atasnya
darai kawat / bambu.
Menurut Rahayu et
al. (2011), untuk memilih lokasi kandang perlu diperhatikan beberapa hal
diantaranya yaitu :
(1) jarak
lokasi peternakan broiler komersil dengan breeding tidak boleh berjarak kurang dari 1 km dan 250 meter dari
perusahaan peternakan broiler atau petelur komersil
2) lokasi
peternakan sebaiknya tidak berada di tempat yang dekat dengankebisingan, jauh
dari pemukiman penduduk dan bukan di daerah cekungan,
3) lokasi
mudah diakses dan
5) memiliki
sumber air yang baik kualitas dan
kuantitasnya.
b.
Konstruksi Kandang Broiler dan Ayam Jantan Petelur
Fungsi kandang menurut Rahayu et al. (2011), adalah menciptakan keamanan dan kenyamanan untuk
ayam yang dipelihara. Indonesia sebagai
negara yang secara geografis berada di lintasan katulistiwa cenderung memiliki
suhu rata rata diatas 30 oC, yang
sebenarnya kurang ideal untuk peternakan broiler yang memerlukan suhu 21 – 27 oC
dengan kelembaban 60 persen, sehingga konstruksi atap kandang yang dipilih di
daerah tropis sebaiknya atap dari bahan yang menyerap panas seperti genteng dan
seng galvalum. Bentuk atap kandang untuk tipe dinding kandang
terbuka sebaiknya bentuk atapnya monitor
sehingga sirkulasi udara dalam kandang lebih lancar. Hal ini sesuai dengan Suprijatna et al. (2005), bahwa bentuk atap
mempengaruhi sirkulasi udara dari luar kandang ke dalam kandang dan sebaliknya
oleh karena itu atap kandang harus disesuaikan dengan penggunaan kandang dan
fase pemeliharaan ayam. Berdasarkan tipe dindingnya kandang terbagi menjadi dua
yaitu :
(1) kandang dengan dinding terbuka (Open House) dan
Gambar 4. Kandang dengan Sistem Dinding Terbuka (Open House)
(2)kandang dengan dinding tertutup (Close House).
Gambar 5.
Kandang dengan Sistem Dinding Tertutup (Closed
House)
Selanjutnya masih menurut Suprijatna et al. (2005), bahwa penggunaan tipe dinding kandang perlu
memperhatikan fase pemeliharaan ayam dan kondisi lingkungan.
Kontruksi kandang berdasarkan tipe lantainya dikenal
menjadi 3 jenis :
(1) kandang tipe litter,
(2) tipe slat dan
(3) kombinasi slat
dan litter.
Menurut Soeharsono (1976), bahwa tipe kandang dengan
lantai sistem slat lebih
menguntungkan pertumbuhan dari pada sistem litter
teurtama pada periode awal dan sistem slat lebih menguntungkan digunakan
didaerah dataran rendah dan sistem litter di daerah dataran tinggi.
0 komentar:
Posting Komentar